Kata Menes berasal dari kata kamonesan, kata dasar mones, yang memiliki makna kepandaian, kecerdikan, keanehan, kemuliaan dan kemashuran. Biasanya kata Mones dirangkai dengan awal ‘Ka’, dan akhiran ‘an’ dan menjadi kamonesan. Hal tersebut di dasarkan dua alasan utama. Pertama Karakter orang Menes sangt anti terhadap penjajahan orang Eropa, sehingga sangat kuat kecenderungannya untuk menolak pemakaian unsur bahasa penjajah yang membawa nama identitas komunitasnya. Kedua, kuatnya pengaruh ajaran Islam terhadap tradisi dan norma hidup dalam masyarakat menes yang mengakar kuat dengan tradisi leluhur, terutama dalam era kesultanan sunda Islam Banten. Sehingga kata Menes diyakini sebagai istilah lokal yang terkait dengan mitos kejayaan leluhurnya yang aneh, ajaib, khas dan unik.
Menurut salah satu versi sebagian Tokoh, cerita asal muasal sebutan “menes” berasal dari kuda bernama Hypo Menes – Nama RajaMesir Kuno tersebut. Kabarnya, ketika Kabupaten Caringin akan pindah ke Pandeglang, dimana Menes jadi kabupaten transisi singgahan, salah seorang tokoh berkebangsaan Belanda dan para punggawanya beristirahat pada salah satu tempat yang sekarang berada di sekitar hutan daerah menes . Rombongan itu sengaja berhenti di tempat itu sembari meliarkan(melepaskan) kuda-kuda tunggangannya yang lapar. Salah satu kud kepunyaan tokoh tersebut disebut Hypo Menes. Menurut cerita kuda Hypo Menes itu sakit keras sampai pada akhir hidupnya di tempat tersebut. Sejak saat itu tempat tersebut kemudian disebut Menes.
Versi lain menyebutkan bahwa terdapat dua peristiwa masa lalu yang mempopulerkan wilayah tersebut menjadi Menes yaitu pada tahun 1525/1526 di wilayah tersebut bermukim seorang pedagang rempah-rempah berkebangsaan portugis yang bernama Don Jorge Menesess atau DeMenes. Kemudian yang kedua, kata “Menes” berarti pula tempat atau sebuah pasar untuk bertransaksi hasil perkebunan. Di tempat tersebut terdapat Gudang-gudang penampungan rempah-rempah sebelum di angkut ke pelabuhan ekspor. Tempat tersebut disebut Blok Menes.
TUGAS POKOK :
Meningkatkan koordinasi penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan publik, dan pemberdayaan masyarakat desa dan atau kelurahan yang meliputi :
FUNGSI :
Luas Wilayah : 22,41 Ha Letak Geografis : Dataran Batas Wilayah - Barat : Kecamatan Cikedal / Kecamatan Jiput - Timur : Kecamatan Cisata - Utara : Kecamatan Pulosari - Selatan : Kecamatan Cikedal / Kecamatan Pagelaran Pemerintahan - Jumlah Desa/Kelurahan : 12 - Jumlah RW : 68 - Jumlah RT : 194 - Jumlah KK : 8136
Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, Sandi dan Statistik (Diskomsantik) Kab. Pandeglang Ir. Girgijantoro membuka Rapat Laporan Awal Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kab. Pandeglang Tahun 2019 di Ruang Pint@r pada Hari Rabu tanggal 16 Oktober 2019 . Dalam sambutannya Kepala
Dinas Komunikasi, Informatika, Sandi dan Statistik (Diskomsantik) Kab. Pandeglang dalam hal ini Bidang Statistik mengadakan Rapat Forum Data di Oproom Setda Pandeglang, Kamis tanggal 25 Juli 2019. Assisten Administrasi Umum Drs. H. Undang Suhendar, M.Pd yang dalam hal ini